Galeri Foto

Jumat, 25 September 2015

CANDI GONDOSULI


Gondosuli sebuah desa di lereng  gunung Sumbing tepatnya di Kecamatan Bulu Kabupaten Temanggung, menuju desa ini tidaklah sulit, sebab akses jalan menuju desa bisa dilalui kendaraan. Untuk ke lokasi  Desa Gondosuli menempuh jarak sekitar 12 Km dari pusat kota Temanggung, tepatnya dari lokasi RSK Ngesti Waluyo Parakan berjalan kearah selatan menyusuri jalan di lereng Gunung Sumbing lebih kurang 3 Km.
Ada yang menarik di Gondosuli, di tengah permukiman penduduk di desa itu terdapat sebuah reruntuhan candi peninggalan zaman Mataram Kuno yang dinamakan Candi Gondosuli.

Berdasarkan catatan candi ini didirikan oleh Dang Karayan Pu Palar pada tahun 754 Saka atau 832 Tarikh Masehi, Candi Gondosuli menempati areal seluas 4.992 M, sebagai bangunan suci persembahan untuk Sang Hyang Wintang. Namun Candi Gondosuli sudah tidak berujud sebagai bangunan utuh seperti Candi Borobudur maupun Candi Prambanan, melainkan reruntuhan pahatan batu andesit, dengan berbagai bentuk seperti lingga dan yoni, patung lembu, serta sebuah prasasti tidak jauh dari lokasi, yang menandai ihwal bangunan candi tersebut.
Prasasti Gondosuli berupa pahatan sepuluh baris huruf Jawa Kuno dalam bahasa Melayu Kuno diatas bidang berukuran 103 Cm x 54 Cm pada sebuah batu panjang 290 Cm lebar 110 Cm tinggi 100 Cm, dilihat dari bentuk tulisannya hampir menyerupai prasasti-prasasti Sriwijaya di daerah Sumatera.
Menurut Prof Dr. J.G. Casparis seorang arkeolog dari Australia, di bawah prasasti tersebut masih terpendam, bangunan candi yang besar, sayang hal itu belum bisa digali secara luas dalam arti fisik, karena areal tempat keberadaan prasasti di atas sebuah pemakaman umum yang dikeramatkan oleh warga setempat. 
Prasasti Gondosuli pada dasarnya berisi tentang penghibahan tanah untuk bangunnan suci (candi) sebagai penghormatan kepada Sang Hyang Wintang atau Sang Bintang Suci, angka tahun pembuatan terbaca dari candrasengkala yang berbuyi:  " Nama Syiwa Om Mahyana Sahin Alas Pertapaan Tahnguda Laki-Wini mendangar wa'zt tahta pawerus dharma " yang artinya: Bhakti kepada Syiwa. Om Mahayana (Orang Basar) di semua batas hutan pertapaan, tua-muda laki-laki perempuan mendengar hasil perbuatan yang baik.
Keterangan lain Prasasti Gondosuli diterjemahkan sebagai proklamasi dari Dang Karayan Pu Palar atau Raja Raharayan Pertapan Pu Palar yang pada tahun 754 Saka telah memerintah kerajaan besar yang merdeka. Menurut Stapaka (ahli patung), patung Raja Raharayan di dalam candi yang berdiri di atas tanah kuno atau tanah bunga (tanah subur) adalah perwujudan Sang Hyang Wintang.  
Selanjutnya disebutkan pula beberapa nama seperti Rakai Kayuwangi atau Sri Maharaja Rakai Kayuwangi Pu Bokapala Sri Sajjanowatunga, dan raja-raja yang memerintah di Jawa bagian Tengah dari  Kerajaan Mataram Kuno ( Medang Kamulan/ Mataram Hindu keturunan Sanjaya ) yang kesemuanya ada 12 yaitu:

1. Rakai Sanjaya
2. Rakai Panakaran ( Pasopanan )
3. Rakai Pananggalan ( Paninggalan )
4. Rakai Warak
5. Rakai Garung ( Rakai Patapan )
6. Rakai Pikatan 
7. Rakai Kayuwangi
8. Rakai Watuhumaing
9. Rakai Balitung
10. Rakai Dhaksa
11. Rakai Tulodong
12. Rakai Wawa

Rakai Wawa adalah raja terakhir dari zaman Mataram Hindu yang merupakan menantu Empu Sendok, kemudian memindahkan kerajaannya ke Jawa bagian Timur dan menjadi raja pertama pada sebuah kerajaan Medang yang berada di lembah sungai Brantas
Peninggalan lain dari Rakai Pikatan yang sekarang masih dapat dinikmati adalah bekas bangunan pemandian raja-raja pada masa itu yang  berada di sebelah selatan kota Temanggung, sekarang akrab di sebut "Pemandian Pikatan", sebuah mata air besar yang sangat dingin dan jernih dari sungai di bawah tanah di kaki Gunung Sumbing,
Candi Gondosuli hanyalah salah satu dari beberapa candi yang terserak di Wilayah Kabupaten Temanggung, karena di lokasi lain masih banyak peninggalan arkeologis seperti Candi Perot, Candi Pringapus, Perkampungan Mataram Kuno di Liyangan serta Pemandian Pikatan. Sebuah tantangan kepada generasi muda untuk menguak mistery sejarah Temanggung, atau hanya cukup akan dijadikan potensi wisata saja, semua tergantung generasi muda Temanggung, tentu saja negeri ini menunggu karya terbaik para anak bangsa.  




1 komentar: