Galeri Foto

Rabu, 07 Oktober 2015

RENCANA MUSEUM LIYANGAN

Sebuah desa metropolitan abad ke 6 Masehi zaman Mataram Kuno ditemukan tahun 2008 di ketinggian 1.200 lereng gunung Sindoro tepatnya di dusun Liyangan desa Purbosari Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung. Sugeng Riyanto Arkeolog dari Balai Arkeologi Yogyakarta menyampaikan bukti usia situs Liyangan tersebut berdasarkan analisis karbon temuan bambu kuno oleh Badan Tenaga Nuklir Nasional ( BATAN), menunjukkan bahwa bambu tersebut berasal dari abad ke 6, satu abad lebih tua dari Borobudur yang dibangun pada abad ke 7.
Liyangan dihuni dalam kurun waktu 4 abad, dengan peradaban yang telah maju, masyarakatnya telah mampu membangun candi dengan struktur yang kompleks, dan perkampungan yang dilengkapi bangunan infrastruktur seperti jalan batu, saluran drainase, talud pengaman yang baik. Masyarakat Mataram Kuno Liyangan juga telah mampu membuat barang barang gerabah, alat alat rumah tangga dan alat pertanian, serta temuan keramik zaman Dinasty Tang dari negeri Tiongkok kuno menandakan Liyangan masa itu sudah berinteraksi dengan dunia luar.

Jumat, 25 September 2015

CANDI GONDOSULI


Gondosuli sebuah desa di lereng  gunung Sumbing tepatnya di Kecamatan Bulu Kabupaten Temanggung, menuju desa ini tidaklah sulit, sebab akses jalan menuju desa bisa dilalui kendaraan. Untuk ke lokasi  Desa Gondosuli menempuh jarak sekitar 12 Km dari pusat kota Temanggung, tepatnya dari lokasi RSK Ngesti Waluyo Parakan berjalan kearah selatan menyusuri jalan di lereng Gunung Sumbing lebih kurang 3 Km.
Ada yang menarik di Gondosuli, di tengah permukiman penduduk di desa itu terdapat sebuah reruntuhan candi peninggalan zaman Mataram Kuno yang dinamakan Candi Gondosuli.

Berdasarkan catatan candi ini didirikan oleh Dang Karayan Pu Palar pada tahun 754 Saka atau 832 Tarikh Masehi, Candi Gondosuli menempati areal seluas 4.992 M, sebagai bangunan suci persembahan untuk Sang Hyang Wintang. Namun Candi Gondosuli sudah tidak berujud sebagai bangunan utuh seperti Candi Borobudur maupun Candi Prambanan, melainkan reruntuhan pahatan batu andesit, dengan berbagai bentuk seperti lingga dan yoni, patung lembu, serta sebuah prasasti tidak jauh dari lokasi, yang menandai ihwal bangunan candi tersebut.

Kamis, 21 Mei 2015

SITUS LIYANGAN LEBIH TUA DARI BOROBUDUR



Sebuah perkembangan baru tentang situs Liyangan, baru-baru ini (Rabu, 20/05/2015) Tim Peneliti dari Badan Arkeologi Jogjakarta mengeluarkan pernyataan, bahwa situs Liyangan yang berada di desa Purbasari Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung adalah temuan pemukiman kuno yang pertama dan satu-satunya di Indonesia. Bahkan, menurut Sugeng Riyanto ketua Tim Peneliti, usia situs ini lebih tua dibanding Candi Borobudur Magelang.

Selasa, 19 Mei 2015

GEDUNG EKS KAWEDANAN PARAKAN UNTUK MUSEUM BAMBU RUNCING



Kota Parakan tidak dapat dilepaskan dari sejarah perjuangan bangsa, dari kota kecil di lembah Sumbing-Sindoro ini pada tahun 1945 telah mengobarkan semangat para pemuda pejuang dalam mengusir pendudukan penjajah pasca proklamasi kemerdekaan. Sejak perlucutan senjata Dai Nippon (September 1945) kota Parakan sangat identik dengan semangat Bambu Runcing, berawal dari sugesti beberapa Kyai karismatik seperti KH Subchi, KR Sumodihardho, KH Abdurrahman, Kyai Ali dan beberapa ulama terkemuka Parakan, berkobarlah semangat jihad  para pemuda. Para Kyai tersebut membekali pemuda dengan do’a, asma’ banyu wani (air putih yang diberi do’a) dan senjata bambu runcing (Oktober 1945). Sungguh peralatan perang yang tidak sepadan dengan senjata musuh yang modern, namun betapapun canggih senjata musuh tetap tidak dapat mengalahkan semangat jihad pemuda dalam membela bangsa. Dan kabar tentang keampuhan Bambu Runcing cepat menyebar ke segala penjuru, sejak saat itu ribuan pejuang dari berbagai daerah datang ke kota Parakan untuk menyepuh senjata Bambu Runcing (November 1945).

Rabu, 29 April 2015

JATENG TERANCAM DARURAT SAMPAH



Wakil Ketua Komisi D DPRD Jateng Hadi Santoso mengatakan bahwa, dalam 10 tahun ke depan, Jawa Tengah diperkirakan darurat sampah. Setiap hari sekitar 16.628 meter kubik sampah diproduksi di provinsi ini, namun  tidak diimbangi dengan kemampuan pengelolaan, hanya 11.108 meter kubik yang terkelola perhari, sedangkan sekitar 5.000 meter kubik belum dapat dikelola. Sebuah analisis bahwa daya tampang 35 tempat pembuangan akhir (TPA) di seluruh Jawa Tengah hanya 63,50 juta ton.

Senin, 27 April 2015

ADIPURA KENCANA PRESTASI ATAU PRESTIGE


Adipura adalah penghargaan penghargaan tertinggi di bidang lingkungan hidup bagi kota-kota di Indonesia yang dinilai berhasil dalam pengelolaan kebersihan dan lingkungan hidup. Dalam pemberiannya, Adipura dikategorikan dalam empat kategori yaitu kota metropolitan (berpenduduk lebih dari 1 juta jiwa), kota besar (500.001-1.000.000 jiwa), kota sedang (100.001-500.000 jiwa), dan kota kecil (kurang dari 100.000 jiwa). Pengertian kota dalam penilaian Adipura bukanlah kota otonom, namun bisa juga bagian dari wilayah kabupaten yang memiliki karakteristik sebagai daerah perkotaan dengan batas-batas wilayah tertentu.
Pada tahun ini, Kementerian Lingkungan Hidup telah melakukan evaluasi dengan meningkatkan nilai ambang (Passing Grade) di banding tahun sebelumnya. Akibatnya, jumlah penerima Adipura mengalami penurunan dibanding tahun 2013 silam. Harapannya dengan peningkatan itu, Adipura yang didapat benar-benar dapat dipertanggungjawabkan.
Penghargaan Adipura ini diberikan kepada 101 kota di Indonesia. Ke-101 kota tersebut terbagi dalam dua tingkatan yaitu peraih Adipura Kencana, sebanyak 15 kota dan peraih Anugerah Adipura sebanyak 86 kota. Di samping itu jutga terdapat 32 kota dan kabupaten penerima Piagam Adipura dan Anugerah sarana dan Prasarana Kota Terbaik 2014. Diharapkan bagi kota-kota yang pernah meraih Adipura sebelumnya untuk dapat meningkatkan perstasinya dengan meraih Adipura Kencana pada tahun berikutnya.
Adipura Kencana adalah penghargaan Adipura tertinggi. Penghargaan ini diberikan kepada kota-kota yang yang melampaui batas pencapaian dari segi pengendalian pencemaran air dan udara, pengelolaan tanah, perubahan iklim, sosial, ekonomi serta keanekaragaman hayati.

Selasa, 21 April 2015

FESTIVAL DAN BAZAR DURIAN NGROPOH 2015


Selasa 21 April 2015, untuk kedua kalinya Festival dan Bazar Durian Ngropoh diadakan. Bagi warga Temanggung tentu sudah tidak asing lagi dengan durian lokal asli Desa Ngropoh Kecamatan Kranggan Temanggung. Durian Ngropoh mempunyai kelebihan dan ciri khas tersendiri, daging buahnya tebal dan pulen dengan rasa manis sedikit pahit serta aroma yang harum. 
Tujuan diselenggarakan festival ini adalah untuk memperkenalkan dan menaikkan pamor durian lokal asal Ngropoh tersebut kepada khalayak ramai.