Legenda Anglingdarma tentu sangat familier dengan
kultur sosial masyarakat Jawa, Anglingdarma diyakini sebagai titisan Bathara
Wisnu yang lahir dari Dyah Pramesti putri Prabu Jayabaya. Saat dewasa
Anglingdarma membangun kerajaan Malawapati dan memboyong ibunya kerajaan
barunya. Anglingdarma berpermaisuri Dewi Setyawati putri Resi Maniksutra, dan
kakak Dewi Setyawati bernama Batikmadrim diangkat menjadi patihnya.
Suatu saat Anglingdarma harus melakukan lelana
bratha karena mengingkari janji sehidup semati dengan istrinya, saat istrinya
melakukan pati obong Anglingdarma urung mengikutinya. Dalam perjalanan
berkelana meninggalkan istana Anglingdarma dikutuk oleh tiga putri siluman
menjadi seekor belibis putih yang membawanya terbang ke Bojonegoro bertemu
dengan Dewi Ambarwati putri Prabu Dharmawangsa, Dewi Ambarwati jatuh cinta
kepada sang belibis putih karena bila malam hari berubah wujud menjadi pemuda
tampan, hubungan asmara kedua insan itu menyebabkan sang putri hamil dan
membuat Prabu Dharmawangsa murka, maka diutuslah seorang pertapa bernama Resi
Yogiswara untuk mengalahkan belibis putih yang sakti. Belibis sakti akhirnya
dikalahkan dan kembali berubah wujud menjadi Anglingdarma sedangkan Resi
Yogiswara berubah wujud menjadi Batikmadrim yang memang akan menjemput
Anglingdarma, karena masa hukuman lelana bratha sudah selesai.
Maka diboyonglah Dewi Ambarwati ke Malawapati untuk
menjadi permaisuri. Begitulah cerita singkat tentang Prabu Anglingdarma, lalu
korelasinya dengan tulisan dalam blog ini adalah bahwa di desa Bojonegoro Kecamatan
Kedu Temanggung ada sebuah situs yang oleh masyarakat setempat dipercaya
sebagai petilasan Prabu Anglingdarma.
Desa Bojonegoro berada di wilayah utara Kecamatan
Kedu, di bawah kaki Gunung Jaran Desa Mergowati terdapat sebuah jalan menuju
Bojonegoro, tak jauh dari jalan tersebut di tengah persawahan akan Nampak sebuah
bangunan mushola yang bersebelahan dengan makam yang dibangun di atas petilasan
Anglingdarma. Petilasan ini sudah dikenal masyarakat luas menjadi tempat
ziarah, tidak sedikit orang dari luar kota sering datang ke tempat ini, bahkan
menurut juru kunci yang rumahnya tak jauh dari lokasi, petilasan ini pernah
dikunjungi oleh para petinggi negara seperti Megawati, SBY dan para pejabat
tingg lainnya.
Setiap malam Rabu Kliwon di area petilasan ini
selalu ramai dengan para peziarah yang melakukan mujahadah, karena begitu banyaknya
yang hadir sampai ratusan orang hingga halaman petilasan ini tidak dapat
menampung, tumpah sampai ke jalan desa.
“ Orang-orang yang datang berziarah ke tempat ini
biasanya mempunyai berbagai macam hajat, ada yang memang rutin tiap malam Rabu
Kliwon, ada juga yang sengaja datang untuk kepentingan tertentu, apa lagi
menjelang Pemilu, Pilkada, atau Pilkades, mereka yang akan nyalon banyak yang
kesini “ kata Juru Kunci petilasan.
Entah sejak kapan ritual di petilasan itu terjadi,
menurut tokoh masyarakat setempat tidak ada yang tahu, yang jelas sejak jaman
dulu semua itu sudah berlangsung, hanya belum marak seperti sekarang.
“ Yang penting mereka tidak dianjurkan untuk
memuja-muja makam di petilasan itu, apalagi meminta kekayaan, kedudukan,
jabatan dan sebagainya, itu hukumnya syirik, karena tempat memohon hanyalah
kepada Allah “ kata Tokoh Masyarakat tersebut.
Di depan petilasan juga sudah ditulis sebuah
maklumat kepada peziarah yang berbunyi: “ Maklumat – Kepada semua peziarah
jangan terpengaruh dengan hiasan yang ada – Disini tempat untuk mujahadah,
dzikir, dan berdo’a kepada Allah SWT – Berdo’a kepada selain Allah SWT hukumnya
musyrik/ syirik “
“ Memang semua itu kembali kepada masing-masing
orang yang datang, kami sudah mengingatkan sebelumnya, tapi kalau mereka
melakukan sesuai keinginannya ya resiko tanggung sendiri “ tambahnya “ Banyak
orang yang datang dan mengatakan terkabul hajatnya, bahkan bangunan yang megah
di atas petilasan ini dibangun oleh mereka yang telah sukses itu, yah tak
tahulah semua itu hanya Allah Yang Maha Tahu “.
Seperti yang tertulis pada sebuah papan di depan
makam yang berbunyi: “ Paseban Agung Malowopati – Dibangun oleh Keluarga Besar
Padepokan Panembahan ‘ Ki Bodo ‘ Sukorejo Kendal, Sabtu Kliwon 7-7-2007 – KH R
Ng Abi Mansyur/ Ki Bodo – Sesepuh PP Ki Bodo “ dan sebuah silsilah Raja
Malowopati juga tertulis, dimulai dari Prabu Kresnadipayana/ Kaki Abiyasa
sampai yang terakhir Prabu Darmakusuma atau Prabu Anglingdarma yang juga dipercaya
sebagai Syeh Sulaiman.
Masalahnya adalah pengakuan tentang petilasan atau
makam Anglingdarma ini juga diklaim ada di daerah lain, di Bojonegoro Jawa Timur
juga ada, begitu pula di Bojonegoro Kabupaten Pati di desa Baleadi terdapat “
Sumur Jalatunda “ peninggalan Nagaraja yang bersebelahan dengan makam
Anglingdarma, dan tak jauh dari desa Baleadi tepatnya di desa Winong terdapat
makam patih Batikmadrim. Nah ! mana yang benar, wallahu a’lamu bishowab,
kebenaran tentu hanya pada Allah SWT tempat yang sebenar-benarnya kita memohon pertolongan.
alhamdulillah sudah dibangun indah seperti ini ,,,,,
BalasHapusdesa malawat kec sukolilo kab pati. disana mungkin yg asli.
BalasHapusSeorang supir tlaler karena kesiangan berhenti di warung Kopi di daerah mergowati kedu Temanggung, dan mengelukan kepada pemilik warung Kopi "Pak/Bu ketika saya berangkat jalan ini lebar tapi ketika saya pulang kok jalannya jadi sempit",...sang pemilik warung malah ganti bertanya "Baru sekarang saya melihat ada truk tlaler masuk di daerah ini",....jawab si supir "Saya habis nganter semen satu traler penuh ke proyek besar-besaran yang ngak jauh dari desa ini dan udah berulang kali, karyawan proyeknya juga banyak, itu mau di bangun untuk apa proyek itu Pak?".,.... si pemilik warung heran, kaget dan kebingungan, karena di daerah tersebut sama sekali tidak ada proyek dan di tempat yang di tunjukkan sang supir truk dari Semen gresik itu adalah Gunung Jaran.
BalasHapusSeorang supir tlaler karena kesiangan berhenti di warung Kopi di daerah mergowati kedu Temanggung, dan mengelukan kepada pemilik warung Kopi "Pak/Bu ketika saya berangkat jalan ini lebar tapi ketika saya pulang kok jalannya jadi sempit",...sang pemilik warung malah ganti bertanya "Baru sekarang saya melihat ada truk tlaler masuk di daerah ini",....jawab si supir "Saya habis nganter semen satu traler penuh ke proyek besar-besaran yang ngak jauh dari desa ini dan udah berulang kali, karyawan proyeknya juga banyak, itu mau di bangun untuk apa proyek itu Pak?".,.... si pemilik warung heran, kaget dan kebingungan, karena di daerah tersebut sama sekali tidak ada proyek dan di tempat yang di tunjukkan sang supir truk dari Semen gresik itu adalah Gunung Jaran.
BalasHapusdipati banyak peninggalan2 yang memperkuat bukti bahwa anglidarma ada dipati....dan akhir2 ini ditemukan candi2 hindu di utara sukolilo tepatnya di kec .kayen
BalasHapusBukannya Angling Darmo cerita fiktif...tidak ditemukan dalam sejarah..silsilahnya juga fiktif dari cerita wayang...
BalasHapusCoba ke temanggung bro.main ke makamnya trs kmu bilang kalo angling dharma fiktif/tidak nyata.
HapusWaktu ada difilm kolosan ga ada yg berani nonton karna bisa hujan angin batu krikil
HapusSemua benar,baik yg di pati ataupun di temanggung. Semuanya punya kisah tersendiri
BalasHapusKabeh bener petilasan iku okeh,,,,kemran saya jalan2 di dieng pun ada,,,
BalasHapusNonton kolosal Angling darma didaerah deket mergowati gentengnya pada kaburrrr kanginan
BalasHapus